Psikolog: Ibu Itu 'Arsitek Keluarga' untuk Membentuk Anak Aktif dan Sehat


Ketika ingin mempunyai anak yang aktif hingga ia sehat dan bugar baik secara fisik atau mental, tak jarang orang tua bingung mendaftarkan buah hatinya ke klub olahraga. Padahal, perubahan agar anak bisa aktif dan sehat bisa dilakukan oleh satu agen, yakni ibu.

"Ibu adalah tokoh sentral, saat ibu bisa jadi juara, memberi contoh yang baik dan sehat, anak juga jadi baik dan sehat kondisinya. Sebab, ibulah yang melahirkan dan membesarkan anak hingga ibu itulah yang jadi arsitek dalam keluarga, tapi bukan berarti ayah tidak penting ya," papar psikolog Kasandra Putranto.

Selain mendidik, ibu juga harus bisa menjadi sumber informasi dengan banyak membaca baik buku ataupun penelitian. Sebab, ibu harus bisa jadi khasanah ilmu pengetahuan, memberi alasan pada anak mengapa sesuatu boleh dan tidak boleh dilakukan, dan juga menjadi contoh yang baik.

Hal itu disampaikan Kasandra dalam Talkshow 'Ibu Juara untuk Keluarga SeGar' di Jakarta Convention Center, Jakarta, dan ditulis pada Rabu (8/1/2014).

"Untuk bisa memperoleh anak yang aktif di usia 13-18 tahun, ibu harus melatih anak dari bayi, dari kecil. Saat hamil makan tepat waktu, saat dia lahir, kita kasih kesempatan misalnya dengan tidak dibedong sejak usia tertentu. Contoh usia 4-5 bulan dia sudah mendongak ke atas atau meraih sesuatu, sebaiknya jangan langsung dikasih bendanya tapi kita pancing supaya ia bergerak," jelas Kasandra.

Hal serupa juga diutarakan Teti, seorang ibu yang mempunyai anak dengan down syndrome dan hiperaktif. Wanita yang berdomisili di Bogor ini mengatakan meski anak memiliki kebutuhan khusus, bukan berarti si kecil tak bisa diajak untuk aktif dan sehat.

Putra kedua Teti yang kini berusia 15 tahun, tiap hari Jumat sudah aktif berenang dan di hari minggu rutin jogging. "Mengenalkan hidup sehat untuk anak spesial asal kontinyu itu berguna juga lho. Dulu anak saya berenang untuk terapi tapi sekarang dia bisa mempraktikkan beberapa gaya berenang," kisah Teti.

Menurut Teti, ibu memang harus menyukai apa kegiatan yang jadi kegemaran anak. Tidak hanya pintar, tapi ibu juga harus kritis. "Ibu harus tahu anak ini kesukaannya apa ya. Selama delapan tahun saya mengasah kesukaan anak saya yang spesial itu, saya masukkan dia ke kelas berenang karena dia suka hal-hal yang kinestetis," kata Teti.