Kebiasaan merokok memang harus dicegah sedini mungkin. Sebab semakin dini anak mulai merokok, semakin cepat pula si anak kecanduan rokok. Nah, orang tua mempunyai peran besar dalam proses pencegahan merokok pada anak.
Penelitian terbaru dari Amerika mengatakan bahwa orang tua dengan pola asuh yang ketat atau strict akan memiliki anak yang bukan perokok, apapun etnis dan rasnya. Para peneliti melakukan survei pada anak sekolah menengah pertama dengan bermacam-macam latar belakang. Ternyata orang tua yang otoriter dan disiplin akan membuat anak kurang berminat untuk merokok.
"Penelitian tentang pengaruh pola asuh orang tua memang sudah sering dilakukan. Namun penelitian kali ini dilakukan untuk melihat pola asuh yang spesifik dalam pencegahan merokok pada remaja," ujar Cassandra Stanton, asisten profesor di departemen onkologi Georgetown University.
Dikutip dari reuters pada Selasa (31/12/2013), Stanton juga mengatakan bahwa penelitian kali ini dilakukan pada siswa yang berasal dari berbagai macam etnis dengan orang tua berpenghasilan rendah. Hal ini berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya yang biasanya dilakukan pada orang kulit putih dengan kondisi ekonomi menengah ke atas.
Meski jumlah perokok pada remaja sudah menurun namun pencegahan masih harus tetap dilakukan. Data dari U.S Surgeon General melaporkan bahwa satu dari tiga orang anak muda merokok minimal satu kali dalam 30 hari terakhir. Hal itulah yang mendasari Stanton dan teman-temannya untuk melakukan penelitian ini.
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa kurang disiplin, ada masalah pada orang tua, serta bergaul dengan perokok adalah faktor-faktor yang meningkatkan risiko merokok pada remaja. Statistik juga menunjukkan bahwa pelajar kulit putih merokok dua kali lebih banyak daripada pelajar Afrika-Amerika dan Latin. Namun sebaliknya, pelajar Afrika-Amerika dan Latin memiliki masalah kesehatan yang berhubungan dengan rokok lebih tinggi daripada pelajar kulit putih.
Untuk penelitian kali ini, Stanton mengambil sampel 459 siswa kelas delapan dari dua sekolah yang terletak di daerah pinggiran, dengan orang tua berpenghasilan rendah. Usia rata-rata siswa adalah 13 tahun dengan pembagian 29 persen Hispanic, 34 persen Afrika-Amerika, 17 persen kulit putih, dan 20 persen etnis lain atau campuran.
Para siswa melakukan survei dengan pengawasan orang tua. Survei tersebut menanyakan tentang riwayat merokok, pola asuh, serta tingkat kedisiplinan orang tua kepada anak. Peneliti menemukan hasilnya setelah empat tahun.
Stanton menemukan bahwa orang tua yang otoriter dan disiplin lebih berhasil dalam mengurangi kebiasaan merokok pada anak. Contohnya adalah memiliki peraturan di rumah, jam malam, serta waktu tidur yang tetap. Mereka juga menghukum anak jika tertangkap sedang merokok lalu memberikan penjelasan tentang bahaya rokok tersebut.
Stanton menjelaskan bahwa mengatur dan menerapkan standar peraturan yang jelas untuk perilaku anak dapat mengurangi perilaku berisiko pada anak. Ia juga menekankan penting pengawasan yang aktif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anak.
"Untuk mencegah anak mencoba merokok yang ujung akan membuat kecanduan, sangat penting bagi orangtua untuk memberitahu tentang bahayanya. Penerapan peraturan dan konsekuensi tentang merokok harus dilakukan dengan tegas," pungkasnya.